Selasa, 29 Mei 2012

Curug Lawe: Air Terjun Yang Mempesona

Sebagai orang semarang, ingin refreshing dengan nuansa alam ternyata agak sulit. Mau ke pantai yang indah nan cantik, tidak akan ketemu kecuali di Kepulauan Karimunjawa. Pantai Marina dan Pantai Maron belum mengena di hati. Iya sih, saya membandingkan dengan keindahan pantai-pantai di Lombok atau pesisir selatan Gunung Kidul. Beralih ke wisata hutan/gunung, yang terdekat adalah seputar gunung Ungaran. Bandungan sudah cukup terkenal, tapi kurang mengena di hati juga wisata kawasan di Bandungan. Akhirnya sasaran ditujukan ke daerah wisata di sekitar Nglimut Gonoharjo kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. Dan cara yang ditempuh adalah soft trekking. Yups, soft trekking. Jadi gak cocok untuk wisata keluarga.

Di kantor, beban kerja yang cukup berat ternyata menghadirkan sedikit rasa depresi diantara kami. Pekerjaan yang gak kelar-kelar, yang menemui jalan buntu, timbul konflik, selalu menjadi warna tersendiri. Nah, agar gak mengarah pada stress yang lebih akut lagi, saya mau ajak teman-teman utnuk soft trekking ke daerah Nglimut Gonoharjo. Untuk meyakinkan teman-teman yang jarang melakukan aktifitas outdor seperti ini agak sulit. Setelah cas cis cus dengan mereka, alhamdulillah disepakati hari H. Yang ikut hanya 5 orang. Tujuan: Ke Air terjun yang saya sendiri pun tidak tau namanya. Di Nglimut yang terkenal adalah pemandian air panasnya. Sementara air terjunnya belum seterkenal pemandian air panas.

Perjalanan dari Semarang cukup singkat, hanya sekitar 1 Jam saja. Kalau dari Semarang bawah, lewat Ngaliyan, yaitu pertigaan Jrakah (IAIN Walisongo) ke arah Selatan, lurus terus sampai melewati BSB dan Mijen. Setelah Mijen ada pertigaan kalau ke kanan ke arah Boja, kita lurus terus saja sampai mentok. Kalau masih bingung juga, masukkan koordinat berikut ini ke GPS anda: S 07" 08.952' E110" 19.828' maka akan sampai di tempat parkir kawasan wisata Nglimut Gonoharjo. Setelah sampai di sana, tanya ke petugas yang ada. Kalau tiket menuju air panas seharga Rp 8.000,00. Tapi karena kita nggak ke air panas, maka kita bayar tiket masuk Bumi Perkemahan seharga Rp 3.000,00 saja!

Dari parkiran ambil ke kanan melewati Bumi perkemahan. Jalan terus, kita melewati vegetasi Hutan pinus. Setelah bumi perkemahan kita melewati kebun kopi yang treknya lumayan menanjak. Tapi tenang saja, ada banyak sekali bebatuan besar untuk istirahat kalau kecapekan..

Setelah bebatuan besar, kita akan melewati jalan setapak yang bawahnya jurang. Harus ekstra hati-hati ketika kita melewati sini. Setelah kurang lebih 30 menit (jalan santai), kita akan menemui 2 pancuran air panas. Di sana sudah terdengar gemericik derasnya aliran sungai. Untuk menuju air terjun, kita melewati jalan di belakang pancuran air panas itu. Jangan mengikuti jalan yang lebih besar karena itu akan menuju ke sungai yang alirannya deras tadi.

Setelah jalan naik turun kira-kira 15 menit dari pancuran air panas tadi, kita akan disuguhi pemandangan air terjun yang tinggi sekali. Saya sebenarnya gak tau nama air terjun itu. Ketika di pancuran air panas tadi saya bertemu dengan petugas Perhutani, ternyata namanya Air Terjun Curug lawe. Mungkin karena tingginya 25 meter. Coba lihat gambar 3, terlihat skala orang dan air terjun

Begitu air terjun terlihat, mas phonk dan mas gung langsung mengeluarkan senjatanya untuk berekspresi membingkai keindahan alam di sekitar Air Terjun Curug Lawe. Asyiknya, air terjun ini masih sepi, belum banyak pengunjung. Sampah juga hampir tidak terlihat berserakan. Masih asri, masih murni. Biar gak bingung, ini koordinat air terjun Curug Lawe: S 07" 09.744' E110" 20.132

Setelah puas mandi dan foto-foto, kami kembali melalui jalur yang berbeda. Kami menuju ke atas yang trek-nya lebih landai. ternyata cukup dekat dengan kampung Medini. Dari sana bisa memilih mau terus lewat kampung yang nantinya tembus di jalan atasnya bumi perkemahan, atau turun ke bawah menuju hutan pinus menerabas perkebunan kopi yang langsung sampai di dekat bumi perkemahan. Tapi jalur ini sangat curam.

Pulangnya kami tak lupa mampir ke degan bakar yang lokasinya di tengah-tengah sawah, Persis sebelum kami memasuki Mijen Kota Semarang. Degan bakar ini ternyata cukup menyegarkan rasa penat kami...
Foto 1 dan 2: Agung Widarta
Foto 3 : tovicsky